Jumat, 02 Desember 2016

Mempertahankan Persediaan Air yang Berkelanjutan dengan Menjaga Kuantitas dan Kualitas Air di Jakarta

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan hal ini memiliki makna bahwa ketersediaan sumber daya air tidak cepat habis apabila pola pemakaian air dilakukan secara bijaksana dan berkelanjutan. Namun, air yang biasa disebut dengan sumber kehidupan menjadi kontradiktif ketika fakta di lapangan menunjukkan hal yang sebaliknya. Kompas memberitakan bahwa Jakarta termasuk ke dalam 5 kota yang paling rawan krisis air se-Asia Pasifik. Krisis air dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek kualitas air dan kuantitas air.
Kuantitas air sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk akan berkorelasi positif dengan peningkatan pemakaian air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan Harian Kompas yang terbit pada tanggal 7 Januari 2016, pemakaian air tanah mencapai 8,8 juta meter kubik pada 2014, meningkat daripada tahun sebelumnya yang hanya sekitar 7,2 juta meter kubik. Selain itu, pemakaian air tanah yang masif menyebab penurunan tanah di Jakarta sedalam 5-15 sentimeter. Hal ini berdampak pada berkurangnya persediaan air untuk generasi masa depan.
Kebiasaan pribadi individu yang sering diabaikan merupakan salah satu penyumbang berkurangnya persediaan air yang berkelanjutan (kuantitas air). Banyak sekali kegiatan manusia yang didalamnya melibatkan penggunaan air setiap detiknya. Contohnya mandi, mencuci, menggosok gigi, menyiram tanaman dan lain sebagainya. Secara tidak sadar, ketika individu sedang melakukan kegiatan tersebut, aliran air yang tidak diperhatikan berdampak pada pembuangan air secara percuma. Misalnya seorang individu sedang menggosok gigi dan membiarkankran air terbuka, hal ini menyebabkan 5 liter air terbuang setiap 1 menitnya. Perilaku sederhana yang secara berkelanjutan dilakukan maka akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan membuang air saat sikat gigi jika diasumsikan 2 kali sikat gigi setiap hari, hampir setengah galon air yang terbuang lalu dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia, hasilnya mendekati 125 juta liter air terbuang percuma.Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan, mengingat bahwa Jakarta menjadi destinasi urbanisasi favorit bagi masyarakat Indonesia dan menyebabkan makin berkurangnya persediaan air.
Secara kualitas, air kotor menjadi fenomena yang setiap tahunnya menjadi berita hangat di kota-kota besar termasuk ibukota Indonesia. Air kotor dapat bersumber dari banyak hal misalnya lapisan bawah tanah yang tercemar oleh limbah cair industri dan pola pembuangan sampah oleh masyarakat yang kurang baik. Industri sebagian besar menjadi penyumbang polusi air di Indonesia. Hal ini menyebabkan kualitas air tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Seperti yang kita ketahui, polusi yang dihasilkan merupakan eksternalitas negatif. Eksternalitas adalah ketika kesejahteraan beberapa orang baik sebuah perusahaan ataupun rumah tangga bergantung pada aktivitas kita atau seseorang lainnya. Ketika dampak yang dirasakan dari aktivitas lain (polusi industri) adalah negatif maka hal bisa disebut eksternalitas negatif. Apabila polusi air tersebut tidak dikompensasi oleh industri maka kualitas air akan semakin memburuk.
Fenomena air yang merusak sistem tata air secara kuantitas maupun kualitas membuat saya memilki kepekaan terhadap apa yang terjadi saat ini. Kepekaan ini mulai diasah semenjak saya mengikuti turun lapangan ke PDAM Kaliduren sebagai salah satu syarat mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Pihak PDAM menceritakan bagaimana masalah-masalah yang mereka hadapi sebagai salah satu lembaga yang dipercayai untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat Jakarta. Terkait masalah sampah yang dapat mempengaruhi kualitas air, saya sebagai individu yang cinta lingkungan berusaha untuk melakukan manajemen sampah yang baik. Sampai saat ini, saya peduli bagaimana pentignya membuah sampah pada tempatnya. Hal ini terkait dengan kesehatan saya sendiri ataupun orang lain yang bisa terkena dampak dari sampah yang menjadi sumber penyakit. Selain itu, pemilahan sampah menjadi penting karena memudakan pemungut sampah untuk mengambil sampah non organik yang berdaya jual tinggi. Secara tidak langsung, tindakan memanajemen sampah ini nantinya akan membantu PDAM untuk mendapatkan kualitas air yang lebih baik dan tidak perlu menambah biaya untuk menjernihkan air.
  Selama turun lapangan, PDAM menyatakan bahwa masih terdapat kencenderungan sesorang menggunakan pompa air sendiri dan tidak menggunakan jasa yang diberikan PDAM. Keuntungannya tentu masyarakat tidak perlu membayar sejumlah uang untuk menikmati air. Namun, hal ini perlu diperhatikan bahwa ketersediaan air saat ini difokuskan pada persediaan yang berkelanjutan. Penggunaan pompa air menyebabkan eksploitasi air dan berdampak pada penurunan tanah di Jakarta, mengingat kondisi Jakarta yang terbatas lahan dan selalu mengalami penurunan tanah setiap tahunnya. Oleh karena itu, saya sebagai mahasiswa lebih mendukung penggunaan air yang disediakan oleh PDAM. Manfaatnya yang didapatkan adalah jaminan air yang didapatkan bersih, mempertahankan ketersediaan air bagi generasi mendatang dan lain sebagainya.
Sebagai individu, kebiasaan yang biasa saya lakukan sehari-hari terkait mempertahankan kuantitas dan kualitas air adalah yang pertama mencuci baju dalam jumlah banyak. Hal ini dilakukan bertujuan untuk penggunaan air yang lebih sedikit sehingga setidaknya saya bisa berkontribusi pada masyarakat yang kekurangan air. Kedua, saya menggunakan deterjen yang tingkat polusinya rendah (ramah lingkungan) sehingga kualitas air tidak terlalu cemar dengan tingkat konsentrasi polusi yang rendah. Ketiga, kebiasaan lain yang saya lakukan adalah memilih kamar mandi yang menggunakan shower. Hal in saya lakukan dikarenakan air yang terbuang akan lebih banyak ketika mandi menggunakan gayung.
Sebagai mahasiswa yang berfokus pada lingkungan, saya memiliki kecenderungan untuk mengikuti komunitas linkungan yang didalamnya terdapat kegiatan penanaman pohon. Oleh karena, konservasi ini juga turut membantu menyimpan resapan air hujan yang dapat ditampung sehingga pada jangka panjang persediaan air akan melimpah dan dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dunia. Mulai saat ini perlu diubah pola pemikiran bahwa air bersih dapat dibeli dan kita bisa menggunakannya sesuka hati. Padahal, persediaan air semakin lama semakin langka dan pada akhirnya kita juga yang akan menanggung biaya penyediaan air bersih. Program penghematan air dari diri sendiri menandakan bahwa kita juga peduli terhadap masa depan air. Masa depan air nantinya akan sangat membatu bagaimana manusia dan lingkungan tumbuh sejahtera secara seimbang dan beriringan.



Nama                          : Dyah Ayu Retnosari
Status                          : Mahasiswa
Jurusan/Universitas  : Ilmu Ekonomi/Universitas Indonesia
Tempat Tinggal         : Asrama UI Depok
Email                          : dyahayuretnosari2010@gmail.com
No. Hp                        : 085259745652

Tidak ada komentar:

Posting Komentar