Air merupakan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui dan hal ini memiliki makna bahwa ketersediaan sumber daya
air tidak cepat habis apabila pola pemakaian air dilakukan secara bijaksana dan
berkelanjutan. Namun, air yang biasa disebut dengan sumber kehidupan menjadi
kontradiktif ketika fakta di lapangan menunjukkan hal yang sebaliknya. Kompas
memberitakan bahwa Jakarta termasuk ke dalam 5 kota yang paling rawan krisis
air se-Asia Pasifik. Krisis air dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek
kualitas air dan kuantitas air.
Kuantitas air sangat dipengaruhi oleh
pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk akan
berkorelasi positif dengan peningkatan pemakaian air tanah untuk kebutuhan
sehari-hari. Berdasarkan Harian Kompas yang terbit pada tanggal 7 Januari 2016,
pemakaian air tanah mencapai 8,8 juta meter kubik pada 2014, meningkat daripada
tahun sebelumnya yang hanya sekitar 7,2 juta meter kubik. Selain itu, pemakaian
air tanah yang masif menyebab penurunan tanah di Jakarta sedalam 5-15
sentimeter. Hal ini berdampak pada berkurangnya persediaan air untuk generasi
masa depan.
Kebiasaan pribadi individu yang sering
diabaikan merupakan salah satu penyumbang berkurangnya persediaan air yang
berkelanjutan (kuantitas air). Banyak sekali kegiatan manusia yang didalamnya
melibatkan penggunaan air setiap detiknya. Contohnya mandi, mencuci, menggosok
gigi, menyiram tanaman dan lain sebagainya. Secara tidak sadar, ketika individu
sedang melakukan kegiatan tersebut, aliran air yang tidak diperhatikan
berdampak pada pembuangan air secara percuma. Misalnya seorang individu sedang
menggosok gigi dan membiarkankran air terbuka, hal ini menyebabkan 5 liter air
terbuang setiap 1 menitnya. Perilaku sederhana yang secara berkelanjutan
dilakukan maka akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan membuang air saat sikat gigi
jika diasumsikan 2 kali sikat gigi setiap hari, hampir setengah galon air yang
terbuang lalu dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia, hasilnya mendekati 125
juta liter air terbuang percuma.Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan,
mengingat bahwa Jakarta menjadi destinasi urbanisasi favorit bagi masyarakat
Indonesia dan menyebabkan makin berkurangnya persediaan air.
Secara kualitas, air kotor menjadi
fenomena yang setiap tahunnya menjadi berita hangat di kota-kota besar termasuk
ibukota Indonesia. Air kotor dapat bersumber dari banyak hal misalnya lapisan
bawah tanah yang tercemar oleh limbah cair industri dan pola pembuangan sampah
oleh masyarakat yang kurang baik. Industri sebagian besar menjadi penyumbang
polusi air di Indonesia. Hal ini menyebabkan kualitas air tidak sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Seperti yang
kita ketahui, polusi yang dihasilkan merupakan eksternalitas negatif.
Eksternalitas adalah ketika kesejahteraan beberapa orang baik sebuah perusahaan
ataupun rumah tangga bergantung pada aktivitas kita atau seseorang lainnya.
Ketika dampak yang dirasakan dari aktivitas lain (polusi industri) adalah
negatif maka hal bisa disebut eksternalitas negatif. Apabila polusi air
tersebut tidak dikompensasi oleh industri maka kualitas air akan semakin
memburuk.
Fenomena air yang merusak sistem tata
air secara kuantitas maupun kualitas membuat saya memilki kepekaan terhadap apa
yang terjadi saat ini. Kepekaan ini mulai diasah semenjak saya mengikuti turun
lapangan ke PDAM Kaliduren sebagai salah satu syarat mata kuliah Ekonomi Sumber
Daya Alam dan Lingkungan. Pihak PDAM menceritakan bagaimana masalah-masalah
yang mereka hadapi sebagai salah satu lembaga yang dipercayai untuk menyediakan
air bersih bagi masyarakat Jakarta. Terkait masalah sampah yang dapat mempengaruhi
kualitas air, saya sebagai individu yang cinta lingkungan berusaha untuk melakukan
manajemen sampah yang baik. Sampai saat ini, saya peduli bagaimana pentignya
membuah sampah pada tempatnya. Hal ini terkait dengan kesehatan saya sendiri
ataupun orang lain yang bisa terkena dampak dari sampah yang menjadi sumber
penyakit. Selain itu, pemilahan sampah menjadi penting karena memudakan
pemungut sampah untuk mengambil sampah non organik yang berdaya jual tinggi.
Secara tidak langsung, tindakan memanajemen sampah ini nantinya akan membantu
PDAM untuk mendapatkan kualitas air yang lebih baik dan tidak perlu menambah
biaya untuk menjernihkan air.
Selama turun lapangan, PDAM menyatakan bahwa
masih terdapat kencenderungan sesorang menggunakan pompa air sendiri dan tidak
menggunakan jasa yang diberikan PDAM. Keuntungannya tentu masyarakat tidak
perlu membayar sejumlah uang untuk menikmati air. Namun, hal ini perlu
diperhatikan bahwa ketersediaan air saat ini difokuskan pada persediaan yang
berkelanjutan. Penggunaan pompa air menyebabkan eksploitasi air dan berdampak
pada penurunan tanah di Jakarta, mengingat kondisi Jakarta yang terbatas lahan
dan selalu mengalami penurunan tanah setiap tahunnya. Oleh karena itu, saya
sebagai mahasiswa lebih mendukung penggunaan air yang disediakan oleh PDAM.
Manfaatnya yang didapatkan adalah jaminan air yang didapatkan bersih,
mempertahankan ketersediaan air bagi generasi mendatang dan lain sebagainya.
Sebagai individu, kebiasaan yang biasa
saya lakukan sehari-hari terkait mempertahankan kuantitas dan kualitas air
adalah yang pertama mencuci baju dalam jumlah banyak. Hal ini dilakukan
bertujuan untuk penggunaan air yang lebih sedikit sehingga setidaknya saya bisa
berkontribusi pada masyarakat yang kekurangan air. Kedua, saya menggunakan
deterjen yang tingkat polusinya rendah (ramah lingkungan) sehingga kualitas air
tidak terlalu cemar dengan tingkat konsentrasi polusi yang rendah. Ketiga, kebiasaan
lain yang saya lakukan adalah memilih kamar mandi yang menggunakan shower. Hal in saya lakukan dikarenakan
air yang terbuang akan lebih banyak ketika mandi menggunakan gayung.
Sebagai mahasiswa yang berfokus pada
lingkungan, saya memiliki kecenderungan untuk mengikuti komunitas linkungan
yang didalamnya terdapat kegiatan penanaman pohon. Oleh karena, konservasi ini
juga turut membantu menyimpan resapan air hujan yang dapat ditampung sehingga
pada jangka panjang persediaan air akan melimpah dan dapat memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat dunia. Mulai saat ini perlu diubah pola pemikiran bahwa air
bersih dapat dibeli dan kita bisa menggunakannya sesuka hati. Padahal,
persediaan air semakin lama semakin langka dan pada akhirnya kita juga yang
akan menanggung biaya penyediaan air bersih. Program penghematan air dari diri
sendiri menandakan bahwa kita juga peduli terhadap masa depan air. Masa depan
air nantinya akan sangat membatu bagaimana manusia dan lingkungan tumbuh
sejahtera secara seimbang dan beriringan.
Nama :
Dyah Ayu Retnosari
Status :
Mahasiswa
Jurusan/Universitas : Ilmu
Ekonomi/Universitas Indonesia
Tempat Tinggal :
Asrama UI Depok
No. Hp :
085259745652
Tidak ada komentar:
Posting Komentar