Sabtu, 18 Maret 2017

Optimisme Persediaan Air Bersih yang Berkelanjutan dengan Upaya Memperbaiki Kualitas dan Kuantitas Air Jakarta

Riset Urban Water Blue Print dalam terbitannya The Nature Conservancy, menyatakan bahwa Jakarta termasuk kedalam 5 kota yang paling rawan krisis air se-Asia Pasifik. Fokus permasalahan air tersebut lebih menitiberatkan pada kekurangan air yang mengacu pada masalah kuantitas air dan pencemaran air. Beberapa media massa online mencoba mengingatkan kepada penduduk dunia, bahwa 70% jumlah air di bumi hanya 2,5% yang berfungsi sebagai air tawar yang dapat dikomsumsi penduduk dunia. Kondisi ini tentunya memerlukan masyarakat yang bertindak sebagai agent of change dalam menghadapi kelangkaan air.
Permasalahan kondisi air di Jakarta dapat dilihat dari dua aspek yaitu secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat Jakarta dikelola oleh PAM JAYA. Sumber air yang didapatkan mayoritas berasal dari luar Jakarta yaitu Waduk Jatiluhur dan pembelian air curah dari Tangerang dengan proporsi 96%. Ketergantungan sumber air baku dari luar Jakarta membuat tingginya kerentanan Jakarta terhadap berkurangnya pasokan air. Kerentanan ini tentunya membawa kekhawatiran yang sangat berarti bagi generasi mendatang.
Pemicu menurunnya kuantitas air lainnya adalah kebiasaan pribadi yang kurang bijaksana dalam penggunaan air. Salah satu contoh yang paling sering dilakukan adalah menggosok gigi. Seorang individu yang menggosok gigi dan membiarkan kran air terbuka menyebabkan 5 liter air terbuang/menit. Perilaku sederhana yang dilakukan secara berkelanjutan dapat menjadi kebiasaan buruk. Jika diasumsikan  individu sikat gigi 2 kali setiap harinya, hampir setengah galon air yang terbuang. Apabila hal ini dilakukan oleh seluruh penduduk Indonesia, hasilnya mendekati 125 juta liter air terbuang.
Dari aspek kualitas air, air kotor di Jakarta dapat dilihat dari indikasi kualitas air tanah. Menurut sumber BPLHD, Jakarta Utara memiliki prosentase konsentrasi polusi air tanah  terbesar sekitar 64%. Hal ini disebabkan oleh penggunaan septic tank yang tidak sesuai dengan aturan  menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter. Fakta yang terjadi Jakarta adalah lahan yang terbatas membuat jarak septic tank dengan sumur terlalu dekat. Hal ini menyebabkan tercemarnya air tanah oleh bakteri e-coli yang berdampak pada sanitasi buruk dan wabah penyakit. Berdasarkan data kualitas air sungai Ciliwung pada tahun 2016, rata-rata kandungan bakteri e-coli sebesar 41.000.000 bakteri/100 ml dan jauh dari baku mutu Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No.68 tahun 2016.     
Berdasarkan permasalahan diatas, pada dasarnya dapat diminimalisir dengan upaya meningkatkan perbaikan kuantitas dan kualitas air. Proyek daur ulang air limbah yang dilakukan oleh PD PAL Jaya membantu permasalahan air dari segi kuantitas air. Daur ulang air limbah diolah menggunakan Waste Water Treatment Plan dan dialirkan ke danau dan badan sungai. Dampak positifnya adalah ketersediaan air baku akan bertambah yang diindikasikan dengan proyeksi potensi air baku dari daur ulang air. Potensi rata-rata yang dihasilkan adalah 14.000 liter/detik.
Tabel 1. Potensi Air Baku dari Water Recycle di DKI
Zona
WWTP
Volume Limbah (m3/hari)
Potensi Volume air Daur Ulang
0
Setiabudi Pond
42.373
25.424
1
Pluit
197.878
118.727
6
STP Duri Kosambi
234.515
140.709
2
Muara Angke
23.847
14.308
3
Srengseng City Forest Park
115.440
69.264
4
Transfer To Zone 10 WWTP
46.527
27.916
5
Sunter Pond
127.217
76.330
7
Kamal- Pegadungan
110.824
66.494
8
Marunda
176.022
105.613
10
STP Pulo Gebang
247.880
148.728
9
Rorotan
85.996
52.598
11
Bendi Park
252.572
151.543

Waduk Ulujami (Pond Planning)
12
Ragunan Land
88.862
53.317
13
Waduk Kp. Dukuh (Pond Planning)
168.596
101.158
14
Waduk Cager RW 05 (Pond Planning)
98.763
59.258

Total
2.017.312
1.210.387
Sumber: PD PAL Jaya
Selain itu upaya mempertahankan persediaan air Jakarta secara berkelanjutan dapat dilakukan dengan cara penampungan air hujan. Pembangunan penampungan air hujan terdiri dari talang air, saringan pasir, bak penampung dan Sumur Resapan (Sures). Tujuan dari sistem penampungan air hujan adalah melestarikan daya serap air tanah dan upaya mitigasi banjir karena genangan air hujan. Hal ini dapat digunakan sebagai antasipasi masyarakat dalam memasuki musim kemarau ataupun kekeringan. Selain itu pembuatan biopori yang lebih terjangkau bagi masyarakat dapat menjadi solusi dalam pertahanan air yang berkelanjutan.
Sampai saat ini ada salah satu fenomena yang belum menjadi atensi masyarakat terkait kuantitas air di Jakarta.  Pencurian air dari pipa-pipa yang berasal dari PAL Jaya kerap kali terjadi di masyarakat terutama di Penjaringan yang diduga merupakan kawasan yang susah akses air bersih. Pecurian air secara tidak resmi atau yang biasa disebut dengan Non Revenue Water menginsentif masyarakat untuk penggunaan secara berlebihan dan tidak melakukan pembayaran terkait penggunaan air. Sebagai masyarakat yang hidup secara sosial, pencegahan langsung dari kelompok masyarakat setempat terhadap pelaku pencurian air dapat berlangsung secara efektif. Hal ini dikarenakan sanksi sosial lebih memberatkan secara psikologis. Oleh karena  itu diperlukan adanya kesadaran masyarakat dalam tindakan preventif untuk  kasus pencurian air.
 Dari segi kualitas air, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya sedot tinja. Layanan Lumpur Tinja Terjadwal yang dikelola oleh PD PAL Jaya dapat memberikan solusi terkait tercemarnya air tanah yang disebabkan oleh septic tank yang tidak dapat berfungsi dengan baik. Dampak yang diharapkan dari proyek sedot tinja terjadwal adalah memperbaiki sanitasi di Jakarta yang semakin lama semakin memburuk. Karena kesehatan mayarakat mayoritas dipengaruhi oleh sistem sanitasi dalam rumah tangga.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah perbaikan kondisi kuantitas dan kualitas air yang berkelanjutan diperlukan adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat, PAM Jaya dan PAL Jaya. Upaya-upaya diatas dapat berfungsi dengan baik ketika pemerintah dapat mendukung proyek-proyek PAM Jaya dan PAL Jaya yang diikuti dengan peningkatan  kesadaran masyarakat untuk mengubah pola penggunaan air dan perbaikan sanitasi  rumah tangga demi ketahanan air yang berkelanjutan.

Referensi
Anonim. 2014. 5 Kota Paling Rawan Krisis Air di Asia Pasifik. www.nationalgeographic.com
Anonim .2016. Standar Jarak Septic Tank dan Sumur. www.indonesian-publichealth.com
Candar, Asep. 2010. Komposisi Air Tawar Hanya 2,5%. www.kompas.com
Hidayat, Erlan. 2016. Presentasi: Ayo Peduli Air Jakarta. Jakarta: PAM Jaya.
Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair & Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Pengolahan Air Siap Minum (ARSINUM). www.kelair.bppt.go.id.
Subekti. 2016. Presentasi: Recycling Water in DKI Jakarta. Jakarta: PAL Jaya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar